PDM Kabupaten Situbondo - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kabupaten Situbondo
.: Home > Artikel

Homepage

Peran Muhammadiyah dalam Pembangunan Situbondo

.: Home > Artikel > PDM
29 Januari 2016 04:17 WIB
Dibaca: 2740
Penulis : H. A. Zahri, SH

 
 
Pengantar
 
Pemaparan singkat peran serta Persyarikatan Muhammadiyah dalam hiruk-pikuk dan denyut kehidupan masyarakat Situbondo terlebih dahulu perlu diawali sekilas informasi sejarah kehadiran Muhammadiyah di Situbondo.
 
Muhammadiyah hadir di Situbondo  tidak lepas dari kegiatan dakwah  KH Ahmad Dahlan, di Jatim. Pertama kali KH. A. Dahlan  ke Jatim sekitar 1916, atau satu tahun setelah KH Mas Mansur sepulang dari Mekah dan Mesir menemuinya di Yogyakarta (1915). Saksi kedatangan KH Dahlan ke Surabaya ini dua di antaranya adalah tokoh pergerakan nasional Soekarno dan Roeslan Abdulgani. Keduanya tidak hanya menyaksikan, tetapi juga mengikuti pengajiannya di langgar Peneleh, Plampitan, serta di langgar dekat rumah KH Mas Mansur (Kawasan Ampel). KH Ahmad Dahlan datang ke Surabaya dan memberikan tabligh di tiga tempat, yaitu di Kampung Peneleh, Plampitan, dan Ampel.
 
Perjalanan KH Ahmad Dahlan di Jatim tidak berhenti di Surabaya saja, karena beliau ternyata juga mengunjungi berbagai kota lainnya. Tempat-tempat yang dikunjungi dan membuahkan hasil adalah Kepanjen (21 Desember 1921), Blitar (1921), Sumberpucung (1922), Ponorogo (1922) dan Banyuwangi (1933). Ketika beliau akan hadir di Banyuwangi ada sekelompok orang yang mengeluarkan ancaman, bila beliau tetap memaksakan diri datang di Banyuwamgi akan dibunuh. KH. Ahmad  Dahlan tidak surut dan tetap datang di  kota yang berada di ujung Jawa Timur itu, dan  ternyata tidak ada rintangan yang berarti, bahkan akhirnya di sana berdiri Cabang Muhammadiyah.
 
Menurut Buku Sejarah Muhammadiyah Jatim, yang memuat juga sejarah Muh. di setiap daerah, Cikal bakal Muh Situbondo di rintis oleh Bpk. Margosudjono, seorang pegawai Kantor Pos yang dimutasi  dari Surakarta ke Situbondo pada tahun 1924. Di Situbondo  beliau bertempat tinggal di rumah Bpk. K.H. Moch. Cholil di Kampung Pasar Pering (Jalan Seroja), berdampinngan dengan rumah Bpk. Abdul Gafar Djojosoedirjo guru SR II Situbondo. Setelah beberapa bulan beliau berada di Situbondo mulai banyak kenalan, diantaranya: Bpk. Abdul Gafar Djojosoedirdjo, Bpk. Sastrodiwirjo, Bpk. Nimprang Leksono (ketiganya  guru SR).
Kepada ketiga sahabatnya tersebut Bpk. Margosudjono menanyakan apakah disini ada perkumpulan yang bernama Muhammadiyah? Ketiga orang tersebut menjawab belum ada.  Kemudian belia menjelaskan  hal-ihwal perkumpulan Muhammadiyah kepada tiga rekannya tsb. Setelah itu Bpk. Margosudjono mengajak ketiga shabatnya untuk merintis berdirinya perkumpulan Muhammadiyah dan ketiga orang temannya itu   menjawab akan mempertimbangkan terlebih dahulu. Kemudian ketiga teman Bpk. Margosudjono itu menyampaikan hasil pembicaraan mereka kepada beberapa Kiai bahwa Bpk. Margosudjono berkeinginan mendirikan perkumpulan Muhammadiyah. Oleh para Kiai dijawab bahwa perkumpulan yang bernama Muhammadiyah itu perkumpulan yang tidak mengikuti Ahli Sunnah Wal Jama’ah.
 
Tak lama kemudian datang orang baru di Situbondo, bernama Bpk. Notoamidarmo, sebagai School Opsiner ( Penilik Sekolah ) pindahan dari Bondowoso. Dengan kedatangan beliau, maka ketiga teman Bpk. Margosudjono tersebut bersilaturrahim ke rumahnya membicarakan rencana Bpk. Margosudjono mendirikan perkumpulan Muhammadiyah di Situbondo. Oleh Bpk. Notoamidarmo inisiatif yang demikian itu disambut baik, disetujui dan didukung, karena di Bondowoso beliau juga sebagai pengurus Muhammadiyah.
 
Untuk menyakinkan ketiga orang tersebut, beberap minggu kemudian Bapak Notoamidarmo mengajak ke Bondowoso untuk bersilaturrahim kerumah Bpk. Diposupeno selaku Ketua Muhammadiyah Cabang Bondowoso. Bpk. Diposupeno menjelaskan secara rinci tentang apa dan bagaimana Muhammadiyah itu serta maksud dan tujuannya.
 
Dengan pertolongan Allah SWT. setelah bapak-bapak tersebut menemui seorang ulama yang cukup berpengaruh dikalangan masyarakat yaitu K.R.P. Ismail dan menjelaskan maksud dan tujuan untuk mendirikan perkumpulan Muhammadiyah beliau merestui dan bersedia membantu, maka banyaklah pendukung-pendukungnya dan sebagai langkah pertama diadakan pengajian umum bergilir. Akhirnya pada pertengahan tahun 1924, berdirilah perkumpulan Muhammadiyah Cabang Situbondo.
 
Untuk peresmian berdirinya Muhammadiyah Cabang Situbondo ini, dihadiri oleh Pengurus Besar Muhammadiyah dari Jogjakarta yaitu Bpk. K.H. Sujak dan Bpk. Diposupeno Ketua Muhammadiyah Bondowoso sertra Bpk. K. Fannan dari Jember. Maka tersusunlah Pengurus Muhammadiyah Cabang Situbondo untuk periode 1924-1927 sebagai berikut : Bpk. Notoamidarmo (Ketua), Bpk. Abd. Gafar Djojosudirdjo (Penulis), Bpk. Sastrodiwirjo (Bendahara).         
 
Setelah Muhammadiyah Cabang Situbondo beridiri selama satu tahun baru mendapatkan pengesahan dari Pengurus Besar Muhammadiyah Djokjakarta dengan surat keputusan tanggal 28 September 1925 M/11 Rabiul Awwal 1344 H, No. 45/B.Syang ditanda tangani oleh  Ketua K. Ibrahim dan Sekretaris Hasjim.
 
Setelah tahun 1925  pengurus Muhammadiyah Cabang Situbondo mengalami beberapa pergantian sesuai dengan masa jabatannya. Diantara tokoh-tokoh yang pernah menjadi pengurus antara lain : Bpk. Sastro Prawiro (Ketua), Haenur Rasyid (Sekretaris), Djuri (Bendahara) yang dalam aktifitasnya dibantu antara lain : Sakur, Sutidjab, Haenur, Jantiman, Mat Tasin, Moaral, Said dan Soemoprawiro. Generasi  berikutnya terdiri dari mereka yang relatif lebih muda dengan latar pendidikan yang lebih baik, antara lain : Yudokusumo, Sukiman, Gantil, Soerodjo, dr. R. Abd. Rahem. Demikianlah pergantian pengurus/pimpinan selalu silih berganti dengan yang lebih berkualiatas. Bahkan generasi pimpinan yang terakhir ini terdiri dari kelompok muda yang berpendidikan sarjana yang didukung oleh semangat yang energik.
 
Wal hasil, secara dejure Muhammadiyah berdiri di Situbondo sejak keluarnya Surat Keputusan Pengurus Besar (Hoofdestuur) Muhammadiyah Yogyakarta Nomor: 28 Tahun 1925 yang kemudian dilanjutkan dengan pelantikan, namun secara defacto telah dirintis setahun sebelumnya.
 
Setelah Indonesia merdeka, Muhammadiyah.  tersebar di beberapa kecamatan dengan berdirinya beberapa cabang baru, yaitu: Cabang Panarukan berdiri pada tahun 1950 dengan SK Pendirian No. 964/1950, Besuki berdiri pada tahun 1961 dengan SK Pendirian No. 1473, Asembagus berdiri pada tahun 1962 dengan SK Pendirian No. 1588/1962 dan Wingin Anom berdiri pada tahun 1963 dengan SK Pendirian No. 1772/1963. Dengan  berdirinya  5 Cabang, maka sesuai dengan kebutuhan organisasi  dibentuklah Muhammadiyah Daerah (tingkat Kabupaten) dengan nomenklatur Pimpinan Daerah Muhammadiyah Panarukan yang disahkan dengan surat keputusan PP Muhammadiyah tanggal  29 Sya’ban 1389 H. / 9 Nopember 1969 Nomor : L.130/D-12/1969,
 
Belakangan PDM Panarukan berubah nama menjadi PDM Situbondo. karena menyesuaikan dengan lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1972, tertanggal 19 September 1972 tentang Perubahan Kabupaten Panarukan menjadi Kabupaten Situbondo. Bersandarkan  PP ini telah ditetapkan  HARJAKASI (Hari Jadi Kabupaten Situbondo) yang belakangan mengundang ketidakpuasan sebagian publik Situbondo. yang sampai sekarang sudah terjadi 10 kali pergantian pimpinan.
 Bila dipadukan dengan sejarah Situbondo, sebagaimana yang diterbitkan BAPPEKAB Situbondo Tahun 2008, pelantikan Pengurus Cabang Muhammadiyah Situbondo pertama kali  pada masa  pemerintahan Bupati  Panarukan keempat, Raden Mas Toemenggung Koesoemodipura (1908 – 1925) dan pengesahan PDM Panarukan pada masa Bupati  Panarukan kesebelas, K. Achmad Tahir Hadisoeparto (1968-1973). Namun tidak diperoleh keterangan apakah kedua orang bupati tersebut hadir pada acara pelantikan pengurus Muh. pada masanya tersebut.
 
PDM Panaruakn  kemudian melengkapi diri dengan organesasi otonom (Ortom), yang terdiri dari: Aisyiyah, Pemuda Muhaamdiyah, Nasyiatul Aisyiyah, Ikatan pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci Putra Muhammadiyah dan Hizbul Wathan.
 
 
Peran Serta Muhammadiyah dalam Perjuangan dan Pembangunan Situbondo   
 
Kelahiran Muhammadiyah diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh al Qur’an.dan as Sunah. Tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riil dan konkrit dalam berbagai aspek, meliputi aspek aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu'amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif.
 
Muhammadiyah berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, konkrit dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil alamin. Dakwah Muh, menggunakan filosofi “garam”, memberi rasa dan manfaat, namun tidak harus nampak dipermukaan. Bukan filosofi “gincu” yang nampak jelas dipermukaan tapi tidak memiliki peran yang nyata dan signifikan.
 
Muhamadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat hidup orang banyak seperti berbagai macam ragam lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi, membangun Rumah Sakit, Panti Asuhan dan sebagainya.  Seluruh amal usaha Muhammadiyah itu merupakan manifestasi atau perwujudan dakwah Islamiyah.  Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan al-Quran dan as-Sunnah Shahihah.
Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui dua strategi dan lapangan perjuangan. Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik yang berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real politics, politik praktis) sebagaimana dilakukan oleh partai-partai politik atau kekuatan-kekuatan politik formal di tingkat kelembagaan negara. Kedua, melalui kegiatan-kegiatan kemasyarakatanyang bersifat pembinaan atau pemberdayaan masyarakat maupun kegiatan-kegiatan politik tidak langsung (high politics) yang bersifat mempengaruhi kebijakan negara dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan oleh kelompok-kelompok kepentingan (interest groups).
 
Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan kemasyarakatan dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang mengarah kepada pemberdayaan masyarakat tidak kalah penting dan strategis daripada aspek perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan di lapangan kemasyarakatan diarahkan untuk terbentuknya masyarakat utama atau masyarakat madani (civil society) sebagai pilar utama terbentuknya negara yang berkedaulatan rakyat. Peran kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah. Sedangkan perjuangan untuk meraih kekuasaaan (power struggle) ditujukan untuk membentuk pemerintahan dalam mewujudkan tujuan negara, yang peranannya secara formal dan langsung dilakukan oleh partai politik dan institusi-institusi politik negara melalui sistem politik yang berlaku. Kedua peranan tersebut dapat dijalankan secara objektif dan saling terkait melalui bekerjanya sistem politik yang sehat oleh seluruh kekuatan nasional menuju terwujudnya tujuan negara.
 
Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan (organisasi kemasyarakatan) yang mengemban misi da'wah amar ma'ruf nahi munkar senantiasa bersikap aktif dan konstruktif dalam usaha-usaha pembangunan dan reformasi nasional sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya serta tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kondisi-kondisi kritis yang dialami oleh bangsa dan negara. Karena itu, Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk berkiprah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada khittah perjuangan sebagai berikut:
 
Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiah melandasi dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya "Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur"
 
Nilai-nilai dasar perjungan Muhammadiyah yang universal tersebut di atas juga diimplementasikan oleh pimpinan, anggota dan simpatisan Muhammadiyah dalam derap perjuangan dan pembangunan di Kabupaten Situbondo sejak kehadirannya, hampir satu abad silam sampai hari ini. Secara personal,  beberapa tokoh Muh. generasi kedua memiliki peran strategis dalam pembangunan Situbondo, diantaranya: dr R. Abd Rahem yang nama beliau dijadikan nama RSUD Situbondo dan Ismail Bakrei sebagai Komandan Kodim Pertama Situbondo serta beberapa tokoh generasi berikutnya yang menduduki jabatan strategis di instansi pemerintah lainnya. Sekitar Tahun 1996  penulis bersilaturahmi ke rumah Bpk Ismail, betapa beliau sangat bersemangat mengisahkan peristiwa heroik perlawanan menghadapi penjajah Belanda yang ingin kembali mencengkram bangsa Indonoseia sehingga beberapa orang anak buah beliau gugur, salah satunya adalah Lettu Anumerta Nidin Sastroprayitno di Desa Curahkalak, Kec, Arjasa pada tanggal 15 Agustus 1947.
 
Muhammadiyah mememiliki beragam program kerja dan kegiatan dalam berbagai bidang: dakwah keagamaan, pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, politik, pemberdayaan masyarakat dan lingkungan hidup dsb. Di bidang dakwah Muh. telah lama memberikan pecerahan  kepada masyarakat pemahaman dienul Islam yang berkemajuan sejalan dengan perkembangan iptek dan kecendrungan global. Banyak masjid dan musala serta sarana ibadah lain yang telah dibangun Muh. untuk  maksud tersebut yang hingga kini berjumlah 53 buah. Mulai Masjid al Azhar Besuki, al Jihad Situbondo sampai Mujahidin Asembagus. Pengajian Ahad Pagi (PAP) sejak Mei 2005.
 
Sebelum Kemerdekaan RI. lembaga pendidikan yang dikelola Muhammadiyah Situbondo adalah sebuah Madrasah Diniyah yang diasuh oleh Ustadz Moh Rais berlokasi di Jl. Basuki Rahmat ( di lokasi masjid Al-Jihad sekarang).  Setelah masa Kemerdekaan RI dan bangsa kita mulai membangun - sesuai lirik lagu Indonesia Raya,  ”.... bangunlah jiwanya, bangunlah badannya untuk Indonesia raya”, maka Muhammadiyah Situbondo mulai mendirikan  Sekola Dasar Muhammadiyah di Panarukan pada tahun 1952 seiring dengan berdiri Panti Asuhan Tunas Harapan di Panarukan. Kemudian pada tahun 1958 Muhammadiyah mendirikan SMP Muhammadiyah yang bertempat di Jl. Basuki Rahmat. Perintis berdirinya SMP Muhammadiyah ini adalah Bpk. Sukiman berasal dari Jogyakarta lulusan dari H.IK Muhammadiyah dan mengajar di HIS. Beliau pada waktu itu sebagai ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Situbondo periode 1952-1955 dan periode 1955-1958. SMP Muhammadiyah Situbondo berteenpat di lokasi masjid Al-Jihad yang sebelumnya sudah berdiri Madrasah Diniyah untuk sore hari.
 
Pembukaan UUD 1945 alenia keempat, “.....untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa….”
 
Sejak zaman Orde Lama berlanjut ke Orde Baru Muh. Situbondo telah mengelola: lembaga pendidikan  terdiri dari:
1.      SD Muhammadiyah Situbondo,
2.      SMP Muhammadiyah Asembagus,
3.      SMP Muhammadiyah Panarukan,
4.      SMP Muhammadiyah Besuki,        
5.      SMA Muhammadiyah Situbondo,
6.      SMA Muhammadiyah Asembagus,
7.      SMA Muhammadiyah Panarukan,  
8.      SMA Muhammadiyah Besuki dan  
9.      MI Muhammadiyah Asembagus
 
Dengan adanya program pembangunan dalam bidang pendidikan oleh Pemerintah, maka bermuncullah lembaga pendidikan negeri di tiap kecamatan yang dampaknya berakibat pada lembaga pendidikan Muhammadiyah kesulitan mendapat calon siswa baru. Akhirnya sekolah yang dikelolah Muhammadiyah Situbondo banyak yang ditutup diantaranya :
               - SMP dan SMA Muhammadiyah Besuki
               - SMP dan SMA Muhammadiyah Asembagus
               - SMA Muhammadiyah Panarukan
 
Disamping ada sekolah Muh. yang ditutup, seiring dengan perubahan waktu juga ada sekolah baru yang berdiri dan pengembangan sekolah lama dan saat sekarang  lembaga yang ada adalah:       
               1). SD Muhammadiyah 1 Panji-Situbondo (program unggulan).
               2). SD Muhammadiyah 1 Panarukan (program unggulan)
               3). MI Muhammadiyah Asembagus
               4). SD Muhammadiyah 1 Besuki  (program unggulan)
               5). SMP Muhammadiyah 1 Panji-Situbondo
               6). SMP Muhammadiyah 1 Panarukan
               7). SMA Muhammadiyah 1 Panji-Situbondo
 
Dari gambaran. tersebut di atas Muh telah secara nyata berpartisipasi dalam pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Situbondo, bahkan mendahului pemerintah. Karena sebelum pemerintah mampu mendirikan pendidikan tingkat menengah di pedesaan Muh telah  berkiprah.
 
Kita semua mafhum  bahwa sejatinya bila menengok amanat konstitusi tugas mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tugas state. Namun karena Muh merasa terpanggil dengan semboyan, “ sepi ing pamrih rame ing gawe” atau “sedikit bicara banyak kerja” maka rela mendarma baktikan kemampuannya untuk bangsa. Sehingga tidak salah manakala pemerintah, baik pusat maupun daerah memberi perhatian serius kepada sekolah-sekolah Muh.
 
Kerja-kerja sosial yang merupakan perwujudan dari teologi “ al Maun”  sudah melekat sebagai branding Muh.. Tak pelak sejak zaman Orde Lama Muh. Situbondo  terkenal dengan Panti Asuhan Tunas Harapan Panarukan.
 
Panti Asuhan Tunas Harapan didirikan pada tanggal 10 Mei 1952. Cikal bakal adanya panti asuhan ini diawali dengan dapatnya pinjaman rumah dari  Bapak H. Sukran di Jl. Pelabuhan Panarukan yang pada awal kegiatannya dapat mengasuh anak yatim sebanyak 10 orang. Yang melatar belakangi pendirian  panti asuhan ini yaitu karena kepedulian Pengurus Cabang Muhammadiyah dengan PKU terhadap banyaknya anak-anak yatim terlantar akibat perang kemerdekaan di wilayah Situbondo dan sekitarnya. Dengan banyaknya permintaan yang akan memasukkan anak yatim ke PA Tunas Harapan, maka pengurus Cabang Muhammadiyah Panarukan terus berusaha untuk membangun rumah yatim yang lebih sempurna agar anak-anak yang diasuh lebih tenang dan nyaman tinggal di PA. Atas petunjuk dan hidayah Allah pengrus berusaha ingin membeli tanah untuk membangun PA, namun atas kemurahan hati Bpk. H. Razak yang bertetangga dengan Bpk. H. Hasanuddin tokoh Muhammadiyah Panarukan, dengan ikhlas mewakafkan tanahnya yang cukup luas dan strategis untuk di bangun panti asuhan yatim yang sekarang ditempati.
 
Peletakkan batu pertama pembangunan Panti Asuhan Yatim Tunas Harapan dilakukan oleh Bpk. Gaffar Ismail dari Pekalongan tanggal 17 april 1955, sedangkan secara peresmian penggunaan gedung PA tersebut pada tanggal 16 Maret 1958 dan Bpk. H. Razak diberi kehormatan membuka pintu pertama.
 
Seiring dengan tuntutan zaman Muh. Situbondo mendirikan  panti asuhan baru, yaitu Panti Asuhan Tunas Melati Kapongan,  didirikan pada tanggal 2 Nopember 2006 yang pada awalnya masih merupakan bagian dari Panti Asuhan Tunas Harapan ,  namun tiga bulan kemudian panti asuhan ini berdiri sendiri di bawah naungan Majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat (MKKM) Pimpinan Cabang Muhammadiyah Panji, dengan nama Panti Asuhan Yatim Tunas Melati,  yang diresmikan oleh Bpk. Drs. H. Suroso, M.Pd selaku Wakil Bupati Situbondo pada tanggal 2 Januari 2007.
 
Adanya  panti asuhan ini diawali dengan adanya seorang dermawan, yaitu Ibu Hj. Lili  Darliyati (putri al-marhum Bpk. H. Idrus) beserta suaminya Bpk. H. Arifin Imam Hidayat yang datang kepada pengurus Panti Asuhan Tunas Harapan untuk menyampaikan niat tulusnya bahwa tanah dan bangunan di Pokaan Kapongan yang dimilikinya itu untuk dijadikan panti asuhan. Keinginan beliau disambut baik oleh pengurus yang kemudian disampaikannya kepada Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Setelah diadakan beberapa kali pertemuan dan rapat antara PDM, PCM Panji dan Pengurus Panti Asuhan Tunas Harapan akhirnya terbentuknya Pengurus Panti Asuhan Melati yang ditetapkan dengan surat keputusan PDM Situbondo nomor : 25/KEP/III.O/D/2006 tanggal 1 Dzulhijjah 1427 H./ 22 Desember 2006 M. 
 
Luas tanah panti asuhan ini seluas 800 M2 yang didalamnya berdiri bangunan rumah lantai 2 seluas 200 M2. bersertifikat Hak Milik no 309 atas nama Lili Darliati.  Tanah dan bangunan tersebut untuk digunakan panti asuhan ini adalah berstatus pinjam pakai dengan jangka waktu yang tidak terbatas, dengan Akta Notaris Lukman hakim Gusti, SH berupa Perjanjian Pinjam Pakai (Bruiklening) No. 10 tanggal 10 Nopember 2006. 
 
Tahun berikutnya berdiri Panti Asuhan Tunas harapan Putri yang merupakan pengembangan panti Tunas harapan Putra. Pasal 34 UUD 1945: Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara.
 
Dalam bidang kesehatan Muh. Situbondo pernah memiliki   Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Aktifitas BKIA dan Balai Pengobatan pada awalnya menempati rumah pinjaman pada warga Muhammadiyah di lokasi Jl. Diponegoro Situbondo. Karena tempat tersebut diperlukan oleh keluarga pemiliknya akhirnya aktifitasnya terhenti sekitar tahun 1972 dan pada tahun berikutnya Pimpinan Cabang Muhammadiyah mendapat penyerahan bangunan dari Ibu Ir. Askini yaitu bekas toko milik Cina yang terkena PP 10 yang berlokasi di Jl Irian Jaya No. 136. Adapun tanah dan bangunan BKIA ini statusnya adalah Hak Pakai berdasarkan  Surat Keputusan Tim Pelaksana Keputusan PEPELRADA No. 73-76 Kabupaten Situbondo tanggal 22 Mei 1972 Nomor : Kep.003/Tim/73/1973. Bangunan ini sekarang digunakan oleh BKIA ‘Aisyiyah Situbondo. Kemudian pada periode 2005-2010 oleh Muh. tanah dan bangunan tersebut dikembalikan pada pemiliknya dan kini Muh sedang merintis Balai Pengobatan  di Jalan Sucipto Situbondo  dan semoga mendapat dukungan dari semua pihak..
 
Bidang ekonomi dan kewirausahaan  di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah mengalami pasang surut dan hingga sekarang lembaga-lembaga tersebut banyak yang mengalami kemandegkan bahkan bubar dengan sendirinya. Lembaga Ekonomi yang pernah ada antara lain :
1. Koperasi Matahari di Asembagus. Pada tanggal 27 Juli 1994 telah diselenggarakan Rapat Reformasi Pengurus Koperasi Matahari Asembagus, tetapi hingga kini belum ada kegiatan lanjutan.
2.  Koperasi Ikhlas. Atas prakarsa Dewan Guru SMA Muhammadiyah Situbondo pada tangal 2 September 1994 dibentuk Koperasi guru dan karyawan Perguruan Muhammadiyah dengan nama Koperasi Karyawan Ikhlas. Disyahkan sebagai Badan Hukum oleh Kep. Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Wilayah Prop. Jatim tanggal 13 Maret 1995 No. 7947/BH/II/1995. Dan sampai saat ini koperasi ini mengalami kemacetan (kredit macet), sehingga dalam rapat PDM Situbondo diputuskan bahwa koperasi Ikhlas dihentikan aktifitas simpan pinjam  untuk sementara waktu.
3.  BUEKA ‘Aisyiyah Situbondo telah mendirikan Badan Usaha Ekonomi Keluarga (BUEKA) yang akte pendiriannya telah ditetapkan pada tanggal 29 Dzulqo’dah 1417 H. / 7 April 1997. BUEKA hingga kini masih berjalan dengan  baik.
4.  BMT AL-FURQON. Dengan Surat Keputusan tanggal 21 Syawal 1417 H./ 1 Maret 1991 Pemuda Muhammadiyah Situbondo telah membentuk Baitul Maal Wat Tanwil (BMT) Al-Furqon. Setelah berjalan beberapa tahun berjalan baik, dan  pada awal tahun 1995 BMT ini sudah tidak tampak lagi kegiatannya hingga  sekarang sudah bubar dengan sendirinya.
5.  Koperasi Amanah. Koperasi yang sudah berbadan hukum ini bergerak dalam kegiatan penyalur Kredit Usaha Tani (KUT). Kredit yang disalurkan pengembaliannya tidak lancar dan bahkan masih ada yang belum mengembalikan. Hingga kini koperasi ini tidak ada aktifitasnya dan terasa bubar.
 
 
TINDAK KEKERASAN PASCA PEMILU
 
Pasca Pemilu tahun 1999 setelah adanya memorandum I dan II tahun 2001, yang akhirnya diberhentikannya Presiden RI ke-3 oleh MPR, kondisi politik di Indonesia panas dan tidak kondusif, khususnya di Jawa Timur termasuk. Di Kabupaten Situbondo pada bulan Mei 2001  terjadi gerakan massa yang menteror masyarakat  dan disertai pengrusakan beberapa bangunan, antara lain merusak dan membakar kartor DPD Golkar, penebangan pohon-pohon disepanjang jalan Pantura. Intimidasi, teror dan ancaman serta pengrusakan termasuk juga ditujukan kepada warga Muhammadiyah dan bangunan milik Muhammadiyah yang antara lain sebagai berikut :
1.  Di Besuki toko milik saudara Wahyudi dilempari batu.
2.  Papan nama yang dirusak dan dihancurkan:

     - Papan nama TK ‘Aisyiyah

     - Papan nama ‘Aisyiyah Cabang Wringin Anom

     - Papan nama SMP - SMA Muhammadiyah

     - Papan nama Ranting Muhammadiyah Mimbaan

     - Papan nama Remas / Masjid Al-Jihad.

3. Tokoh milik Bpk. Adi Mulyono di Locancang di rusak dengan cara diberi alat peledak  buatan.
4.  Rumah Bpk. Rawiyanto di Paowan Panarukan di depan pintu rumah ditemukan bahan peledak buatan yang sumbunya mati, sehingga tidak meledak.
5.  Gedung SMA Muhammadiyah di bakar hingga ludes.
6.  Rumah Bpk. H. Soewarto  didatangi serombongan orang berkendaraan sepeda motor 20 kendaraan sepeda motor dan 1 pick up sarat dengan orang tidak dikenal yang melakukan teror, tetapi tidak sampai terjadi kerusakan.
7. Dan beberapa warga Muhammdiyah diteror dan diancam melalui pesawat telephon rumah oleh orang yang tidak dikenal.
 
 
PERSYARIKATAN MUHAMMADIYAH SITUBONDO DARI MASA KE MASA
 
A. PADA MASA ORDE LAMA
 
Pada masa ini aktivitas Muhammadiyah sering mengalami gangguan misalnya pada waktu mengadakan pengajian sering dilempar atau jamaah waktu berangkat maupun pulangnya sering diganggu dalam perjalanan. Hal ini karena sebagian besar masyarakat Situbondo belum memahami apa Muhammadiyah itu sebenarnya, disamping sikap fanatik terhadap golongan tertentu dan cara berfikir yang tradisional yang tidak menyenangi paham Muhammadiyah. Walaupun demikian  Muhammadiyah Situbondo mampu mengendalikan diri dan tetap mengembangkan amaliahnya baik dalam bidang sosial maupun pendidikan.
 
Pada masa semaraknya pasukan Drum Band dari berbagai golongan di Situbondo, maka pada setiap ada Vestifal Drum Band,  pasukan Drum Band Muhammadiyah selalu unggul mendapatkan juara.
 
Menjelang berakhirnya Orde Baru yang ditandai dengan peristiwa G.30 S/PKI,  Muhamadiyah dengan pasukan KOKAMnya dipimpin oleh M. Shaleh Hadiy selalu banyak memegang peranan dalam upaya memberantas PKI dengan ormas-ormasnya.
 
B. PADA MASA ORDE BARU
 
Pada awalnya aktivitas persyarikatan dapat berjalan dengan baik tidak ada kendali yang dapat menghambat roda jalannya organisasi. Namun setelah diberlakukannya monoloyalitas oleh Pemerintah, maka mulai terasa adanya kepincangan jalannya organisasi persyarikatan. Hal ini  karena adanya tekanan terhadap anggota pengurus yang pegawai negeri. Bahkan tidak sedikit anggota Muhammadiyah yang pegawai negeri pun juga mendapat tekanan yang sama.
 
Namun hal-hal tersebut lambat laun mulai berkurang dan menjadi hal yang biasa sehingga persyarikatan Muhammadiyah tetap berjalan dalam mengembangkan amal usahanya, dan Muhammadiyahpun memiliki peran dan andil yang besar dalam upaya mewujudkan pembangunan bangsa dan negara dalam segala bidang.
 
C.   PADA AWAL ERA ROFORMASI
 
Era Reformasi diharapkan banyak terjadi perubahan-perubahan yang sesuai dengan harapan seluruh bangsa Indonesia baik dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial maupun budaya, lebih-lebih setelah diberlakukannya Otomi Daerah.
 
Keadaan pasca Pemilu 1999, pengurus maupun warga Muhammadiyah Situbondo banyak yang menjadi korban kekerasan politk, baik berupa ancaman, teror, pengrusakan papan nama persyarikatan/sekolah, peledakan yang mengakibatkan kerusakan pada rumah pengurus dan warga Muhammadiyah dan yang paling parah yaitu pembakaran gedung SMA Muhammadiyah yang menimbulkan kerugian yang besar, baik material maupun non material.
 
Kendala lainnya yaitu:
1. Banyak warga Muhammadiyah di Instansi Pemerintah yang tidak diberi kepercayaan untuk menduduki jabatan-jabatan strategis.
2. Banyak warga / simpatisan yang menjauh / meninggalkan Muhammadiyah demi menyelamatkan karier, padahal sebelumnya sangat akrab dan dekat dengan sesama warga Muhammadiyah.
3. Bantuan-bantuan untuk lembaga pendidikan Muhammadiyah banyak mengalami hambatan dan kesulitan, bahkan bantuan gedung imbal swadaya yang sudah jelas diperuntukkan pendidikan Muhammadiyah bisa dialihkan pada lembaga pendidikan lain.
4.  Akibat kekerasan politik pasca pemilu 1999 banyak warga Muhammadiyah yang mengalami trauma dan kurang bebas dalam menjalankan aktifitasnya.
 
Keadaan sebagaimana hal diatas tidak berjalan seterusnya, karena setelah pasca banjir bandang tahun 2002 di Situbondo, kondisi politik di Situbondo sedikit  berubah dan agak kondusif hingga sekarang ini, sehingga Muhammadiyah dapat  berjalan dengan baik dan hubungan Muhammadiyah dengan pihak manapun juga baik. Bantuan-bantuan dari masyarakat dan pemerintah kepada amal usaha Muhammadiyah juga nampak dan sangat besar sekali.
 
Imam Al Ghazali berkata berkata: الدين بالملك يقوى الملك بالدين يبقى
 
Prof. Dr. Hamka mencatat tiga faktor yang mendorong lahirnya Muhammadiyah. Pertama, keterbelakangan dan kebodohan umat Islam Indonesia dalam hampir semua bidang kehidupan. Kedua, kemiskinan yang parah yang diderita umat Islam dalam suatu negeri kaya seperti Indonesia. Ketiga, kondisi pendidikan Islam yang sudah sangat kuno seperti yang terlihat pada pesantren masa itu. Ucapan KH Ahmad Dahlan yang amat berkesan, ―Tidak mungkin Islam lenyap dari seluruh dunia, tapi tidak mustahil Islam   hapus dari bumi Indonesia. Siapakah yang bertanggung jawab?
 
Penutup
            
Kami berkeyakinan sesuai dengan ketetapan Allah swt , sebagaimana firman-Nya:
 
أَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَسَالَتْ أَوْدِيَةٌ بِقَدَرِهَا فَاحْتَمَلَ السَّيْلُ زَبَدًا رَابِيًا وَمِمَّا يُوقِدُونَ عَلَيْهِ فِي النَّارِ ابْتِغَاءَ حِلْيَةٍ أَوْ مَتَاعٍ زَبَدٌ مِثْلُهُ كَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الْحَقَّ وَالْبَاطِلَ فَأَمَّا الزَّبَدُ فَيَذْهَبُ جُفَاءً وَأَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِي الأَرْضِكَذَلِكَ يَضْرِبُ اللَّهُ الأَمْثَالَ [الرعد : 17]
 
Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih yang mengembang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.
             
Kami yaqin bahwa kehadiran Muhammadiyah senantiasa memberi manfaat kepada manusia sehingga akan tetap bertahan di bumi ini yang kini telah menapaki usianya pada abad ke 2 dan insya Allah di masa yang akan datang semakin maju.
 
Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.
 
 
 


[*]  Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Situbondo Periode 2010 - 2015
 
 
 
 

Tags: PeranMuhammadiyah , Situbondo

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website